Tuesday, July 5, 2016

catcil : last, now, next


puisi terindah itu telahlah merupa engkau; benih yang ditanam di rahimku dengan segenap doa dan cinta.

kau terus bertumbuh, berdetak dalam tubuhku dan membersamai hari-hariku.

Engkau yang begitu takdzim ketika kusenandungkan surat luqman dan maryam dan bergerak lincah begitu dua surat itu telah usai, seolah engkau sedang memurojaah hafalan dengan penuh semangat.

 Engkau, malaikat kecil yang selalu punya cara membuat lelaki kesayangan kita sejenak melupakan penatnya shift kerja, memutar starter kuda besi biru kesayangan kita, melajukannya kemanapun kita pinta agar kau tak lagi merajuk mogok bergerak dalam rahimku. Lalu di perjalanan, kau seolah bersorak, kembali bergerak lincah, sampai lelaki kesayangan kita ikut merasakannya lalu sebelah tangannya  mengelus lembut perutku sambil tetap awas melajukan kuda besi kita.

Pun suatu ketika, tanpa kita sadari--di tengah keasikan kita bercengkerama bersama bukubuku, ia terlelap di pojok bangku pembaca saat di perpusda. Duh, teganya kita ya sayangku.

Dan kaupun ikut merasai ramadhan pertama dalam rahimku. Mengikuti kegiatan-kegiatan lelaki kesayangan kita, ikut sahur bersama para mahasiswa di kampusnya,
dan hal remeh temeh bagi seorang pria seperti segelas susu, tak alpa ia kirimkan untuk kita. Bagaimana kita bisa alpa menyayanginya?

Lalu, di sepuluh hari terakhir ramadhan, ia mengajak kita berburu lailatul qadar,  iktikaf bersama, perdana, bertiga dengan engkau masih berada di rahimku. Peralatan tempur kita bawa, dinginnya hawa malam sirna dengan kehangatan berkumpul dengan orang-orang saleh,  energi positif tersalur dan kau begitu menikmati segala aktifitas ruhani di sana.

Permataku yang tangguh dan saleh.
Kini, sang Pemilik Cinta, izinkan kita sampai di ramadhan kembali, ramadhan kedua bagimu. Engkau yang telah terlatih di ramadhan tahun lalu, kini terbiasa dengan aktifitas ramadhan yang berbeda dari hari biasa. Pun kau begitu bersemangat membangunkanku di sepertiga malam lalu tertidur lagi begitu melihatku terbangun--mengizinkanku menggelar rakaat-rakaat sunah, dan kaukembali terbangun setiap pukul 4pagi, tanpa menangis, mata beningmu menatapku lekat sembari tersenyum, menciumiku hingga basah wajahku lalu berceloteh," mamam mah mamam mbuu ..." ikut menyendokkan santap sahur dengar riang lalu ikut melafalkan doa puasa dengan bahasanya sendiri yang menggemaskan.

"Abaa abaa," ia menarik sajadah, mengajakku shalat subuh, selepas itu kita sama-sama memegang Al Quran, dan engkau selalu lebih tertarik dengan Al Quranku, lalu engkau berebut, membalik lembar halaman dengan cepat hingga kini banyak halaman menjadi tak utuh lagi. Biarlah sayangku. Kelak, dewasa nanti, masa-masa seperti ini, tentu akan kurindukan.

Permataku yang sholeh, ramadhan begitu cepat beranjak, dalam hitungan hari,  syawal akan segera menghampiri. Semangat ramadhan semoga senantiasa melekat di jiwa kita, di aktifitas kita. Bersamamu, mari kita senantiasa melabuhkan ketaatan kepadaNya.

#RobbiHabliminashalihin
#8Month_Al_Hijr_Kenzie_Abdillah
#28Ramadhan1437H
#sampaikanKami_di_ramadhan_ramadhanMendatang
#catatankecil_ummikenzie