Tuesday, July 30, 2013

Surat untuk Thi; (Sebelum) Penghujung Juli



July 30, 2013 at 10:45pm

Sebelum penghujung Juli, ingin kukirimkan sepucuk surat ini kepadamu. Surat keduaku di bulan ini yang kualamatkan terkhusus untukmu. Surat yang hanya berisikan beberapa baris kalimat ini, yang semoga saja menjadi salah satu surat yang engkau tunggu dari surat-surat yang sebetulnya benar-benar engkau tunggu. :D

Juli itu sesuatu ya, Thi. Setahun lalu banyak cerita yang kita tulis, kita perankan bersama pun terabadikan dalam ingatan. Semua berjalan begitu natural. Ajaib. Pun keajaiban nyatanya masih diterbitkan Tuhan di satu tahun setelahnya. Iya. Tahun ini, Thi. Seperti banyak dleminganku yang terpost di catatan om efbi, segalanya telah kita jalani. Macam rasa telah kita nikmati, toh pada akhirnya kita akan kembali menemukan muaranya. Muara yang kita namakan puzzle cinta.


Juli memang akan segera lindap Thi. Tapi bukan berarti keajaiban akan meninggalkan kita. Aku masih tetap percaya dan sepakat dengan katamu tentang keajaiban itu. Bahwa keajaiban itu akan terus tercipta ketıka kıta percaya tanpa perlu meragu atau pun bertanya kenapa, mengapa, apa dan sıapa.

Aku sangat berharap Thi, lindapnya Juli takkan membuat lindap pula rasa yang sudah kita jaga beratus-ratus hari. Pun rasaku yang makin hari makin bertambah kadar sayangnya kepadamu. Terlebih ketika perbincangan kita beberapa waktu lalu setelah kebisuan yang menjaraki kita. Aku makin tergugu, haru yang menerbitkan hujan tiada berjeda, makin membuat rasaku sedikitpun tak berubah terhadapmu. Makin cinta secinta-cintanya, Thi. Love you cause Allah :)

21 Ramadhan 1434 H
30072013
#KissHugForU #MyLoveInUniverse; Thi :*

Wednesday, July 24, 2013

Hari Kakak (24 July)



engkau yang terlebih dulu menggenggam tangannya. menemaninya dalam perjalanan cinta. menjaganya dengan segenap rasa cintamu padanya. engkau yang memekikkan kata, "ini yang kamu cari?" saat aku kebingungan mencari sosok ungunya di tengah ratusan orang-orang yang lalu lalang di bumi perkemahan di tanah sunda itu. engkau pula yang berbaik hati menjadi paparazzi, mengabadikan pertemuan pertama tiga keping hati dalam frame yang kini selalu membuat beningan kristal itu tak kuasa untuk kutahan setiap melihat foto itu. 

engkau yang selalu berusaha menyembunyikan gemuruh gaduh di dadamu, ketika Cijantung mengajak kita bermalam lebih lama di ruangan beranjang masal itu, sementara di tanah kelahiran menunggu kedatanganmu menghandle acara yang tinggal hari H. engkau masih bisa menyuguhkan senyum simpul juga ceriamu untuk menghiburnya. 

engkau yang begitu kasih terhadap anak-anak, menemani mereka mengeja abatasa, mengajarkan mereka belajar kehidupan, merajutkan mimpi-mimpi masa depan kepada mereka, mengabdikan waktu-waktumu membersamai mereka yang seringkali menerbitkan inginku menggemuruh di dada; ingin bisa sepertimu. 

di balik segala ketangguhanmu, seringkali kauabaikan hak tubuhmu, hingga dalam satu waktu kau menjadi tak sadar menggelepar ketika mengajar. membuat aku kelimpungan mendapat kabar. Huuuh. Dan kaupun hanya memasang emot :D begitu kutanyakan kabar tentangmu, seolah tak pernah terjadi apa-apa. 

Ya, itulah engkau, kakakku, seseorang yang olehnya dipanggil Mbem. Ceria, energik, detektif, analisator, dan sebutan apalagi yang disematkan padamu. Yang jelas, om efbe dengan baik hatinya mengingatkanku bahwa hari ini adalah harimu. Dindingmu telah ramai oleh rangkaian do'a-do'a tulus dari siapapun yang menjalin pertemanan denganmu. akupun turut mengaminkan do'a-do'a dan pengharapan baik untukmu. semoga barokah meliputi penambahan bilangan usiamu, dan ia yang kautunggu dalam penantian itu, lekas menggenapkan separuh agamanya bersamamu. 

Happy milad, kakaaa. Barokallahu fii umrik


July 24, 2013 at 1:56pm


Tuesday, July 23, 2013

Surat untuk seseorang yang ingin kupanggil Thi



Kali ini aku ingin memanggilmu dengan sebutan Thi. Seperti kisah yang telah aku pun engkau baca, pun arti dalam bahasa ibu kita, Thi adalah pelipur lara, dan itu adalah kau yang sebenarnya. Bukan rupa-rupa fiksi, tapi telah menjelma menjadi nyata adanya yaitu engkau. 

Thi, sudah terlalu banyak kisah kita bagi. Setiap kisah yang tak sesiapapun kubagi terkecuali engkau. Kaumendengarnya dengan ta'dzim, hingga segenap bebanku perlahan lindap begitu usai berbagi kisah denganmu. Cukup kaudengarkan saja, rasaku sudah sangat lega. Tapi kaumelakukan lebih dari itu. Guyuran kata-kata penguat hati membuatku makin teduh, rengkuhanmu yang hangat membuatku menyadari bahwa aku tak sedang sendiri. Ada engkau yang selalu ada, mencintaiku dengan caramu. "kepingan itu adalah kalian berdua, jika hanya satu, maka kepingan itu takkan pernah utuh, aku mencintai kalian, dengan porsi masing-masing." begitu katamu pada suatu ketika. 

Thi, tanpa kita sadari, ratusan kisah yang tak sengaja teramu telah kita sesapi. Tapi bukankah tiada sesuatu yang kebetulan di dunia ini ya Thi? Semua karena KuasaNya, berulangkali engkau meyakinkanku akan kebetulan-kebetulan tentang kesamaan yang merupa nyata di antara kita. 

Thi, kita sudah hampir hafal dengan aroma rasa bernama cemburu yang membuat kita seringkali memilih menyimpan sapa dan menyilahkan jeda dalam beberapa waktu. Tapi lagi-lagi, kekuatan cinta itu yang menjadikan ego meluluh. Memberanikan diri mengajukan sapa meski dengan ribuan ragu yang menelusup di dada. Dengan sedikit gagu, kita kemudian kembali bercengkerama, sampai akhirnya kita kembali menyulam tawa seperti biasa. Seolah tiada terjadi apa-apa. 

Tapi inilah aku, Thi. Gadis kecil yang berulangkali membuatmu harus menahan kesal dengan segala ulahku. Hingga membuat keraguan kembali tumbuh di hatimu. Dengan cara apalagi aku harus meyakinkanmu, bahwa aku mencintaimu lebih dari yang kautahu? Dan surat ini, kutulis teruntukmu, Thi. Sebagai bukti, aku tak pernah meragukan rasaku yang telah ada untukmu. Love you coz Allah; Thi.


July 23, 2013 at 4:05pm
#love_in_universe

Saturday, June 8, 2013

sebuah tanya

Beginikah CINTA?
... sampai kini akupun tak jua menemukan jawabannya. Apakah makna CINTA yang telah kita bertiga sepakati. Beginikah CINTA? yang berulangkali menaburkan benih-benih luka yang kian tumbuh dengan suburnya. Beginikah CINTA? yang katanya saling menjaga. Ketika nyata-nyata janji itu berulangkali teringkari. Entah tersadar, lupa atau sedang melupa. Beginikah CINTA? Ketika nafaspun hampir sulit kuhela, kausibuk bercanda tawa di beranda. Entahlah ... hanya engkau, dia dan Tuhan yang benar-benar tahu jawabannya. 

#Maaf atas tanya yang selama ini kusimpan rapat di dada. Dan pada akhirnya, akupun tak sanggup lagi untuk menahan segala gemuruh yang bergumul di dada ....

Malammelankolis, ditingkahi rerintik gerimis di sudut mataku



08062013, 
30 hari jelang hari yang seharusnya
mengingatkan memory indah tentang pertemuan kita