KAMMI Unila (KAMMILA) telah
lama dikukuhkan keberadaanya. Pengukuhan ketua, jajaran BPH dan PH komisariatpun
telah lama digelar. Itupun sudan berselang 2 bulan silam. Dalam penantian yang
panjang sebelum pelantikan dan up grading
pengurus (pelantikan: Selasa, 16 Maret 2010), KAMMILA sudah banyak melakukan
agenda besar berupa proses kaderisasi; 5, 6, dan 7 Maret 2010, berupa Dauroh
Marhalah (DM) 1 perdana pasca peleburan 3 komisariat di Unila yang kini menjadi
KAMMI Unila (KAMMILA). Dalam pelaksanaannya di lapangan, banyak sekali dinamika
yang terjadi- yang ini selaiknya menjadi bahan evaluasi bagi para kader ke
depan. Setidaknya sebelum pelantikan seluruh pengurus KAMMILA tidak hanya
berdiam diri menunggu, tapi sudah aktif untuk menggelar agenda-agenda yang
memang sedianya segera dilakukan, mengingat proses keterbutuhan gerakan hari
ini.
Banyak sekali dinamika yang
saya rasakan selama hampir 2 tahun saya menjadi seorang anggota biasa 1 (AB 1)
KAMMI. Dan memang pasca DM1, lama-kelamaan kader-kader yang telah direkrut
tidak semua mampu bertahan. Mungkin ini terjadi karena kader KAMMI belum
merasakan diberi sesuatu dan diperlakukan spesial layaknya bayi yang baru
lahir. Karena memang di KAMMI yang dituntut adalah bagaimana kita sudah
mampu memberikan kontribusi di KAMMI. Mungkin juga karena banyak kader
KAMMI yang belum memiliki sense of belonging terhadap KAMMI.
Dan belum sepenuhnya memahami fikroh yang dibangun di KAMMI (visi, misi,
prinsip, paradigma dan kredo gerakan KAMMI)- yang kalau kader KAMMI mampu
memahami fikroh tsb, akan sangat luar biasa output yang diperoleh sebagai kader
KAMMI.
Memang tidak dipungkiri,
hari ini kader-kader KAMMI terutama di Unila, banyak sekali yang memegang
amanah di kampus, sehingga terjadi double amanah bahkan multiple amanah. Hal
ini merupakan masalah klasik yang memang seringkali terjadi di tiap tahunnya,
yang jadi pertanyaan menggelitik di hati saya, mengapa kebanyakan dari
teman-teman tsb lebih disibukkan dengan amanah di kampus dibanding di ‘rumah’
yang telah membesarkan namanya (baca:kammi) dan tidak mau lagi kembali di rumah
yang telah membesarkan namanya. Memang saya akui di KAMMI kita tidak dihadapkan
pada kondisi kenyamanan seperti halnya di lembaga dakwah kampus ataupun lembaga
eksekutif kampus sekalipun (baca:lembaga internal kampus), karena memang di
KAMMI kita dihadapkan pada bagaimana kita mampu menjawab keresahan publik
dengan perbagai permasalahan yang terjadi, baik di tataran kampus maupun
kedaerahan. Karena yang dibangun adalah bagaimana kita tidak hanya menjadi
agent of change tapi mampu menempatkan dirinya sebagai direct of change.
Keresahan pribadi yang bisa jadi
juga sudah menjadi keresahan jama’ah. Mari bersama kita sikapi dengan menciptakan
sense of belonging di hati kita masing-masing.
Albarokah,
18 Maret 2010
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak setelah berkunjung yaa ...