Di malam-malam menjelang tanggal tujuh di bulan tujuh, engkau selalu hadir dalam mimpiku. Memelukku dengan terasa sangat nyata. Dan sempat aku tak ingin terjaga, karena ingin merasakan pelukanmu lebih lama.
Dan hari ini, bukan lagi mimpi.
Aku akan terlebih dulu memelukmu, ketika nanti kita bertemu. Di beberapa jam lagi sampai bis ini berhenti
melaju.
Ah ... tahukah engkau, aku
hampir linglung, dan bingung mencari sosokmu yang kutaksir akan berpakaian serba
ungu. Tapi ... nyatanya mataku tak jua menemukan sosokmu di antara ratusan manusia
yang berjejal memenuhi bumi perkemahan Cikole hari ini.
Hingga akhirnya, seorang perempuan berjaket putih itu mendekatiku dan berucap setengah
lantang,”ini kah yang kau cari?” Aku segera menoleh, ke arah yang ia tunjukkan
kepadaku. Oh Tuhaaaan .... begitu bergetar hati dan rasaku menjadi tak karuan.
Aku
membuang sembarangan segala tentengan yang kubawa sedari tadi, dan menghambur
menuju sosok ungu yang ditunjukkan perempuan
berjaket putih itu.
“Mamak ...”
“Gendhuk ...”
Hanya dua kata itu yang
terlontar dari lisan kami. Kami larut dalam haru. Oh Tuhan .... Aku sedang
tidak bermimpi. Memeluk dan merengkuh secara nyata. Mak
Yully Riswati, kepingan puzzle yang kutemukan dari negeri Beton.
RUH yang Membiru |
Bersambung
...
Cikole,
7 July 2012. 2:15pm