Friday, March 9, 2012

Jumcen : Kiat Produktif Menulis


Jum’at Cendol_09 Maret 2012 

 
Kiat Produktif Menulis
Oleh : Putra Gara

Menulis bisa membuat kita tetap terjaga dalam kesadaran. Dengan menulis otak kita diajak terus untuk berfikir. Karena itulah saya selalu mengatakan kepada siapa pun, bahwa menulis itu menyehatkan.

Namun meskipun demikian, banyak orang beranggapan bahwa menulis itu susah. Dan yang lebih parahnya, ada yang bilang kemampuan menulis hanya dimiliki oleh mereka yang punya bakat. Anggapan ini saya jelaskan 100 % sangat salah, karena menulis hanyalah milik orang yang mau dan mau, itu saja. Jadi bagaimanakah agar bisa menjadi penulis produktif? Di kelas Jumat Cendol ini, akan saya jelaskan semuanya.

Kemauan
Kemauan dalam menulis memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kreatifitas kita mengolah kata. Tulisan yang sedang dibaca cendolers ini pun tidak lain hanyalah susunan kata yang saya rangkai menurut kemampuan menulis saya. Bagi saya, tidak ada tulisan yang sangat bagus, bagus, lumayan bagus, jelek atau sangat jelek. Karena penilaian seperti itu hanyalah bersifat sobyektif tergantung siapa yang membaca dan siapa yang menilai. Selain itu sampai saat ini belum ada ukuran bagus jeleknya suatu tulisan.

Tapi karena tulisan adalah aktifitas menyampaikan ide, maka apabila kita bisa memberikan pemahaman kepada pembaca lewat tulisan, itulah keberhasilan sebuah tulisan. Jadi tidak perlu pusing mikirin tulisan kamu jelek atau bagus lagi, ya. Cukup tuntut diri kamu untuk mampu menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan. Apa pun itu. Baik cerpen, puisi, maupun artikel.

Disiplin
Sampai saat ini belum ada kata yang cocok untuk menggantikan kata “disiplin” sebagai upaya kita memacu semangat dalam mengerjakan suatu hal. Dan disiplin tidak hanya berlaku di bangku sekolah atau di perusahaan. Dalam menulis pun kita harus disiplin. Maksudnya, disiplin melatih untuk menyusun kata-kata untuk menjadi sebuah tulisan. Sebab itulah para penulis hebat tidak pernah memiliki kiat khusus untuk melahirkan sebuah tulisan kecuali “DISIPLIN MENULIS”. (Kalau nggak percaya, tanyakan kepada Suker Donat. Hehehe)

Bahkan ketika saya dan Mas Don mengisi acara Workshop Cendol di beberapa daerah, kata disiplinlah yang selalu kami gaungkan. Sedangkan teori dalam dunia menulis, selalu kami tempatkan diurutan 101.
Disiplin menulis memang tergantung pada pola pikir kita dalam menyikapi aktifitas menulis itu sendiri. Menulis akan menjadi biasa-biasa saja apabila kita tidak berfikir bahwa dengan menulis kita akan begini dan begitu. Sebaliknya, ketika kita selalu berfikiran bahwa saya harus menulis meskipun hanya 1 paragraf tiap hari, secara tidak sadar kita telah mensugesti diri kita untuk disiplin menulis. Disitulah akhirnya menulis menjadi KEBUTUHAN.

Setelah menjadi sebuah kebutuhan, disiplin menulis bukan lagi sesuatu yang harus dipaksakan, tapi disiplin harus diniati dan dibiasakan. Kalau kita sudah sadar bahwa disiplin itu penting maka aktifitas menulis akan menjadi lancar dan disiplin pun akan jalan.

Ada pun kiat yang mungkin bisa kamu lakukan untuk melatih disiplin adalah; bagi yang punya leptop, bawa leptop kemanapun pergi. Dan yang tidak punya leptop biasakan bawa alat tulis. Ini dapat memacu kedisiplinan kamu dalam menulis, karena kamu dituntut untuk menuliskan satu atau dua kalimat di layar leptop atau di atas kertas dimana pun kamu berada. Sekadar gambaran, dulu saat di bangku SMA saya sangat produktif dalam menulis cerpen (3 cerpen dalam sehari), saya selalu menyiapkan buku catatan kemana pun pergi. Bahkan dari sebuat catatan judul cerpen yang saya tulis, saya sudah bisa membayangkan kerangka cerpen itu nantinya jadi seperti apa ketika saya sudah di depan mesin ketik untuk menulis. Semua hanya karena kebiasaan dan kedisiplinan.

Konsisten
Jika disiplin menulis sudah menjadi kebutuhan kita, maka selanjutnya adalah konsisten. Konsisten dalam menulis pun harus dibiasakan bukan dipaksakan. Kalau satu hari kamu dapat menulis 3 paragraf, maka berapa paragraf yang kamu bisa buat selama satu bulan? Sekadar gambaran lagi, dalam menulis novel, saya mendisiplinkan diri saya satu hari satu bab. Dan itu konsisten. Kalaulah novel itu berisi hanya 10 bab, maka saya cuma perlu 10 hari untuk menulis satu novel tersebut. Itu pun masih diselingi dengan menulis yang lain.

Biasanya penulis pemula itu bingung akan tema yang akan ditulis. Sama halnya dengan saya dulu, bahkan mungkin setiap penulis dulunya pernah merasakan kebingungan dengan tema yang harus ditulis. Masalah tema tidak lain halnya dengan ide. Padahal ide bertebaran dimana-mana, tinggal bagaimana kita menyikapi ide-ide tersebut. Entah ide itu kamu biarkan begitu saja atau segera kamu tangkap ide tersebut dan menuangkannya dalam tulisan. Itulah pentingnya kenapa kita harus mambawa buku catatan kemana pun pergi, tujuannya untuk menangkap ide ketika sedang berada dalam perjalanan.

Jadi tema bukanlah alasan untuk tidak menulis. Jangan ikat diri kamu dengan suatu tema tertentu. Akan lebih maksimal apabila kamu menulis dengan lepas, artinya kamu menulis setiap saat dengan tema yang bermacam-macam. Sebab dengan tema yang berbeda maka perbendaharaan bahasa kamu pun akan semakin banyak.

Karena masalah menulis itu tergantung dengan kosa kata yang kamu miliki, maka kamu harus melatihnya dengan BANYAK MEMBACA buku untuk dijadikan pembendaharaan. Dan banyaknya pembendaharaan kata yang kamu miliki dari banyak membaca buku, akan menjadi amunisi ketika kamu sudah siap bertempur untuk menulis.

So, yuk kita diskusi.

Diskusi selengkapnya bisa disimak DI SINI   :)

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak setelah berkunjung yaa ...