Wednesday, December 21, 2011

Cerita Matematika SMP : Maaf Nggih Pak!





Aku bersyukur berada di lingkungan keluargaku. Berlatar belakang anak seorang guru SD, maka rutinitas belajarku selalu terkontrol oleh kedua orang tuaku. Aku sangat menikmati keadaan demikian. Meski banyak yang keheranan melihatku tak bosan untuk belajar. Bayangkan saja, aku betah melahap habis tugas-tugas di LKS yang ku beli di sekolah, maupun yang ku pinjam dari perpustakaan. Meskipun bapak ibu guru belum meminta muridnya untuk mengerjakan, tapi aku bersikeras untuk membabat habis seluruh pertanyaan dan persoalan yang ada di LKS itu.

Kondisi seperti itu, membuat aku suka berdiam diri di kamar-jika sedang di rumah, dan selalu bisa ditemukan di perpustakaan jika jam istirahat sekolah. Hari-hariku selalu akrab dengan buku dan pelajaran. Selalu saja ada persoalan yang menarik untuk aku pecahkan. Aku lebih suka mengerjakan soal-soal aplikasi, karena berdekatan dengan kehidupan sehari-hari. Persoalan fenomena fisika, kimia dan matematika, ternyata saling berkorelasi dengan kehidupan kita di dunia nyata. Aku menjadi semakin cinta dengan dunia eksakta.

Akupun tak ragu, mengkonsultasikan persoalan matematika yang kadang aku terlalu rumit memaknainya. Padahal bisa disederhanakan ketika kita sudah memahami konsepnya. Berbekal rasa penasaran, aku tanyakan persoalan yang ku temukan di buku panduan yang ku pinjam dari perpus, kepada salah satu guru matematikaku. Pak Agus Budi Wiyono. Itulah nama beliau. Guru matematika terkiller di sekolahku, yang ditakuti oleh teman-temanku. Tapi tidak denganku. Ya, aku biasa saja. Aku suka gaya belajar dengan pak Agus. Aplikatif dan enjoyble. Aku suka model mengajar beliau. Mungkin juga karena aku sangat interest dengan bidang eksakta. Termasuk matematika.

Soal yang ku berikan, ternyata belum juga diketemukan jawabannya. Pak Agus memintaku memberinya waktu untuk menjawab soal itu. Aku mengiyakan, dan masih terus berusaha sama-sama mencari jawabannya. Persoalan matematika yang sangat menarik. Membuat pak Agus pun harus menjadikan PR, soal yang ku ajukan tersebut.

Sepulang sekolah, aku masih terus kepikiran dengan soal yang ku temukan tadi. Sudah dua hari jawaban urung kutemukan juga. Berbagai konsep sudah aku orat-oret. Masih saja, rasanya belum tepat. Hingga akhirnya aku mulai penat. Refresh sejenak, aku memutar radio butut yang ada di kamarku. Aku menikmati playlist lagu yang diputar di saluran radio itu. @ Radio, 101, 1 fm. Radio bernuansa religi yang bermarkas di Bandar Lampung. Lagu selesai di play, kemudian berlanjut ke murottal, karena sebentar lagi adzan magrib. Lekas aku mandi, dan menunggu saat magrib tiba.

Usai mandi, shalat dan mengaji, aku staytune kembali di gelombang kesayanganku. 101, 1 FM. Karena aku ingat, jadwal hari senin adalah  E-Talk @RADIO. Semoga saja ada ilmu yang bisa ku curi malam ini, dari bincang-bincang yang dihadirkan di pesawat radio berjargon The Avant Grade Station itu. 

Dan very surprised!, jika biasanya E-Talk @radio membahas mengenai problematika dunia remaja, maka malam ini, ternyata E-Talk nya membahas mengenai problematika pelajar dalam pelajaran eksakta. Yeah!, aku bersorak kegirangan!. Lekas aku mengobrak abrik isi tasku. Mencari soal matematika yang membuatku tak bisa tenang. Aku segera mengecek pulsa, berharap bisa ikut serta berkonsultasi dengan narasumber melalui sambungan telepon.

Ayeye, meskipun berulangkali gagal masuk teleponku, akhirnya bisa tersambung juga. Maklum saja, aku harus mengantri bersama para listener lainnya yang juga ingin bertanya kepada narasumber. Ku sampaikan soal matematika itu, dan ku sampaikan kesulitan yang ku rasakan. Setelah usai, aku menutup sambungan teleponku, dan tinggal menunggu soal ku mendapat giliran untuk dibahas. 

Karena aku penelpon ke empat, maka aku harus bersabar menunggu jawaban setelah pertanyaan dari ke tiga penanya sebelumku diberikan jawaban. Aku tak beranjak dari kamar, menunggu giliran soalku dibahas. 

Buku oret-oretan, pena, penggaris, busur dan sebagainya sudah aku siapkan. Tak lupa pula aku masukan kaset di tape recorder yang jadi satu dengan radio. Ide yang tiba-tiba saja muncul untuk aku merekam E-Talk yang dibahas hari ini. Agar aku bisa mereview ulang dari rekaman kaset yang sengaja ku buat. Setelah tiga penanya selesai diberikan solusi, jeda iklan dan lagu berdurasi tujuh menit. Huft, aku sudah tidak sabar >,<

Akhirnya, pukul 8.45 wib, soalku saatnya dibahas. Tanganku mulai menggenggam pena, dan volume suara radio aku perbesar. Jelas terdengar, pembahasan soalku oleh narasumber di sana. Kata beliau, soalku termasuk soal tak lazim diberikan untuk siswa SMP. Pantas saja aku tak bisa-bisa. Karena ternyata, soal itu memadukan beberapa konsep yang agak sedikit rumit. Memerlukan pendalaman konsep yang sangat matang. Dan soal itu adalah salah satu type soal yang digunakan dalam olimpiade matematika internasional. Oh My God, pantas saja. Hahahaha, tapi narasumber tersebut, sangat appresiate karena aku tertarik menanyakan soal seperti itu. Berbeda dengan 3 soal yang diajukan 3 penanya sebelumku, yang masih dalam tahap wajar soal diberikan untuk anak SMP. Akhirnya, soalku terjawab juga. Dengan oret-oretan hasil interpretasiku dari penjelasan yang diberikan oleh narasumber. Meskipun tak bertatap muka dengan narasumber, namun aku berharap interpretasiku sesuai dengan apa yang ia sampaikan.

Tak sabar aku menunggu pagi tiba. Itu artinya, aku akan mengkonsultasikan kembali jawaban yang ku peroleh lewat konsultasi di radio dengan jawaban yang diperoleh guru matematikaku. Aku sangat berharap pak Agus pun sudah memiliki jawaban dari soal yang ku berikan.

Masih pukul setengah tujuh. Aku sudah tiba di sekolah. Ku lihat pak Agus juga sudah datang ke kantor. Masih sambil menggendong tas, aku berlari menuju kantor. Menyusul pak Agus dengan senyum sumringah.

Setelah menyapanya dan berbasa-basi sedikit, aku kembali menanyakan soal yang pernah ku berikan. Beliau segera membuka tas kerjanya, sambil mengeluarkan kertas-kertas oret-oretan miliknya. Ternyata beliau belum juga bertemu jawabannya. Kata beliau masih bingung dengan konsep apa yang dipakai di soal itu. 

Yippie, selangkah lebih maju. Aku sudah lebih dulu menemukan jawabannya. Ku berikan hasil oret-oretanku tadi kepada beliau. Beliau manggut-manggut dan tersenyum, seraya berkata kepadaku, “Lah ini sudah bisa, wah ternyata saya 1-0 ya ama kamu. Keren deh!, saya sampai kepikiran dan bingung memikirkan soal yang kamu berikan. Hahaha. Akhirnya, kamu sendirilah yang menemukan jawabannya. Besok Bapak coba berikan soal ini ke adik kelasmu, kita lihat apakah mereka bisa menemukan jawabannya sepertimu.”

            Aku hanya bisa senyam senyum mendengar penyataan pak Agus. Bisa ku bayangkan alangkah gupeknya beliau mencari jawaban dari soal matematika itu. Duuuh, maaf nggih pak, sudah membuatmu bingung!
Seputih Banyak, Januari 2005

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak setelah berkunjung yaa ...